Di suatu kota ,hidup seorang pengusaha yang tidak percaya akan Natal.Meski ia mengaku sebagai orang Kristen dan keluarganya pun Kristen, tapi ia mengaku tidak bisa menerima ajaran bahwa Tuhan menjadi manusia. Ia menganggap cukup dengan menjadi orang baik dan melakukan hukum kasih, maka itu sudah cukup membuktilan bahwa ia Kristen.Di malam Natal, isteri dan anaknya hendak pergi ke Gereja dan mereka mengajaknya. ''Kamu tahu bahwa aku tidak bisa datang karena aku tidak percaya pada perayaan Natal. Kalau aku, maka aku akan merasa sebagai orang munafik. Bukankah orang munafik adalah jenis orang yang Yesus benci ? Kalian saja yang pergi, aku dirumah saja."Maka, malam itu si pengusaha tinggal dirunah dan tak berapa lama petir menggelegar dan hujan turun dengan lebatnya.
Saat sedang duduk sambil menikmati minuman hangat, tiba-tiba di jendela terdengar bunyi ketukan-ketukan kecil. Saat ia menengok di jendela itu tampak dua ekor burung yang basah kuyup dan menggigil kedinginan. Kedua burung itu sedang berteduh setelah kehujanan. Tapi, sngin yang sangat kencang bagaimanapun juga tetap menbuat keduanya menderita.
Si pengusaha inipun mencoba mengambil satu kardus sepatu dan menaruh jerami didalamnya, lalu menaruh di meja dekat jendela itu. Maksudnya adalah supaya burung itu bisa masuk kerumah yang hangat dan beristirahat di kotak itu. Tapi, sepasang burung itu tetap saja bergeming. Mereka tetap gemetaran berdiri di tepi jendela
Si pengusaha kasihan sekaligus gemas melihatnya Maka, ia pun memutar akal. Makanan bij-bijian!Ah, pasti mereka mau jika dikotak itu aku taburkan biji-bijian yang sekiranya dapat menjadi makanan bagi kedua burung itu. Setelah menemukan, ia lalu menaburkan biji-bijian itu ke kotak jerami tadi Tapi, kedua burunuug bitu tetap diam saja. Mereka tetap dalam peneritaannya melawan hujan deras dan angin kencang.'' Kalau begini terus, mereka pasti akan mati.!"Demikian pikir si pengusaha. Si pengusaha bahkan sampai keluar rumah dan menciba menghalau kedua burunug itu masuk kedalam rumah, tapi burung itu hanya melangkah di sepanjang kusen jendela itu. Ia ingin menangkap keduanya dengan tangan, tapi ia khawatir jika itu justru akan membuat keduanya terbang dan justru makin celaka.
Ia berpikir, ''Ah, burung bodoh. Seandainya saja aku bisa menjadi burung dan bicara dengan mereka. Pasti mereka akan selamat kalau menurutiku.'' Tiba-tiba, tedengar bunyi lonceng Gereja. Saat itu juga, pengusaha itu sadar bahwa itu juga yang mungkin dipikirkan Tuhan saat melihat manusia yang bebal dan berjalan menuju maut! Maka, malam itu ia berlutut dan berdoa. Meski hanya seorang diri, malam itu ia merayakan Natal pertamanya.
Sumber : HandBook Spirit
Desember 2010

Tidak ada komentar:
Posting Komentar